Takengon, (Analisa). Situs kerangka manusia prasejarah Gayo yang ditemukan oleh Tim Badan Arkeologi Medan di Gua (Loyang-Gayo) Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah dibiarkan terbengkalai. Kerangka yang diperkirakan berusia 4400 tahun yang lalu itu terlihat tak terurus dan beberapa bagian tulang seperti dirusak oleh tangan jahil atau gangguan binatang buas.
Lubang penggalian dibiarkan menganga begitu saja tidak ditutup kembali. Sebagai pengaman, sekitar gua dipagari bambu dan kawat berduri. Sedangkan bagian lubang dipagari kayu yang sama dengan dipasangi jaring ikan.
Ketika hal ini dikonfirmasi ke pejabat setempat hanya dijawab dengan menampakkan wajah keprihatinan, sedangkan tindakan nyata berupa pembenahan kembali belum ada dilakukan. “Kok tidak ditutup kembali setelah digali ya,” ujar salah seorang pejabat dataran tinggi Gayo itu.
Saat disinggung hal ini kepada Sekda Aceh Tengah, Drs H Taufik MM, Analisa mendapat tanggapan yang hampir sama. “Padahal waktu Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Pelaksana Tugas Ishak, sudah ada rencana mau dipugar. Sayang beliau hanya sesaat menjabat,” kata Taufik yang ditemui di rumah dinasnya, Jumat lalu.
Kembali ketika ditanyakan ke salah seorang pegawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah dijawab, “Soal lokasi temuan manusia prasejarah di Loyang Mendale kurang terawat itu sudah ada yang bertanggung jawab, bukan kewenangan kami lagi,” kata pegawai itu yang dihubungi melalui telepon. “Kalau memang mau ditulis, silakan saja,” jawabnya ringan.
Salah seorang pecinta lingkungan, wisata dan olahraga, yang bersepeda keliling Nusantara asal Jakarta, Bambang Pramudjianto (55) saat berkunjung ke Takengon dan melihat lokasi temuan manusia prasejarah terlihat geleng-geleng kepala karena sedih.
Tidak Dibiarkan
“Waduh… seharusnya Pemda melalui dinas terkait cepat turun tangan, tidak dibiarkan seperti ini kondisinya. Beberapa bagian tulang pipi dan tangan sepertinya baru dirusak orang atau binatang. Kok dibiarkan lubangnya terbuka terus, kerangkanya bisa hilang dicuri orang,” kata Bambang prihatin.
Dia menyarankan, kalau Kabupaten Aceh Tengah telah mencanangkan sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Aceh, potensi keindahan alam seputar Danau Lut Tawar dibuatkan tempat-tempat peristirahatan bagi pengunjung.
Lokasinya harus bersih, sampah tidak berserakan di mana-mana. Pengunjang harus merasa nyaman, dibuat juga warung-warung kecil yang menghidangkan masakan khas daerah dan dihadirkan papan informasi yang mudah dipahami sehingga pelancong tidak ke sasar. Yang tidak kalah penting ujarnya, kearipan lokal harus tetap dipelihara terutama keramahtamahan masyarakat Gayo.
Bambang yang sudah mengelilingi 28 provinsi saat mengayuh sepedanya di Aceh juga membawa misi, “Mengajak PNS bersepeda ke kantor setiap hari Jumat”. Bapak empat anak yang tengah berjuang melawan penyakit diabetes yang dideritanya sejak tahun 2007 itu, menjanjikan akan mempromosikan daerah berhawa sejuk itu ke Kementerian Pariwisata saat kembali ke Jakarta.
“Saya bersepeda juga didukung surat dari Kementerian Pariwisata dan Kementrian Olahraga,” kata Bambang, sambil menunjukkan surat yang dibawanya kepada wartawan dan komunitas yang ada di daerah penghasil kopi Arabika terbaik itu. (Analisadaily.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar