BUNGA Edelwis atau spesies dari Anaphalis javanica yang sering disebut dengan bunga abadi dan perlambang keabadian cinta. Tumbuhan ini tergolong unik, karena tumbuhan yang ketinggiannya dapat mencapai 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia ini dikenal tidak pernah layu meskipun telah dipetik dari tangkainya atau meskipun sudah mengering, namun bentuk dan penampilannya tidak pernah berubah berubah.
Bunga yang hidup ditanah dataran tinggi atau pegunungan itu juga ternyata banyak tumbuh subur di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh tepatnya di Pegunungan Pucuk Angkasan yaitu daerah kaki Gunung Leuser.
Muhammad Faisal Redha, salah satu pecinta alam asal Gayo Lues yang tergabung ke dalam Komunitas Ilang Using Ijo mengaku banyak mendapati bunga yang tergolong unik tersebut di beberapa daerah pegunungan di Gayo Lues.
Faisal, panggilan akrab mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini mengaku bunga Edelewis adalah salah satu bunga yang unik karena bunganya yang tidak pernah layu, dan berdasarakan keterangan yang banyak dibacanya, bunga tersebut adalah bunga yang dilindungi karena tergolong langka dan beresiko mengalami kepunahan.
”Berdasarkan keterangan yang saya baca, bunga tersebut merupakan bunga yang dilindungi karena kelangkaannya, seperti di Gunung Gede, Cianjur, orang-orang dilarang untuk mengambil Bunga Edelweis dan ketika ada orang yang ketahuan oleh petugas Taman Nasional Gede Pangrango mengambil bunga tersebut, maka mereka akan disuruh naik lagi untuk mengembalikannya,”terang pria asal Pengkala ini Jum’at (22/2/2013) malam di Banda Aceh.
Daerah Gayo mempunyai sejuta kekayaan yang belum kesemuanya kita ketahui, maka sudah sepatutnya kita khususnya para anak muda untuk berada digaris terdepan dalam menjaga kekayaan yang patut kita syukuri, ungkap Faisal.
Lanjutnya, Bunga ini bisa tumbuh mencapai ukuran 3-20 cm (dalam perawatan dan pengembangan bisa mencapai 40 cm). Daun yang muncul nampak seperti wool karena tertutup oleh bulu-bulu yang putih.
Bunga ini juga mekar antara bulan Juli dan September. Uniknya penyebaran bunga ini lebih menyukai daerah berbatu dan berkapur pada ketinggian 2000-2900 m. Bunga ini tidak beracun, dan sudah digunakan sebagai obat tradisional untuk melawan penyakit yang berhubungan dengan perut (pembedahan perut) dan penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.
Bunga ini biasanya tumbuh di lokasi yang tidak terjangkau. Karena warna putihnya, maka Switzerland menjadikannya sebagai simbol kemurnian dan kecantikan, sehingga bangsa Romania menyebutnya sebagai, floarea reginei (Queen’s flower).(Supri Ariu)
sumber : LintasGayo.com
Bunga yang hidup ditanah dataran tinggi atau pegunungan itu juga ternyata banyak tumbuh subur di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh tepatnya di Pegunungan Pucuk Angkasan yaitu daerah kaki Gunung Leuser.
Muhammad Faisal Redha, salah satu pecinta alam asal Gayo Lues yang tergabung ke dalam Komunitas Ilang Using Ijo mengaku banyak mendapati bunga yang tergolong unik tersebut di beberapa daerah pegunungan di Gayo Lues.
Faisal, panggilan akrab mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini mengaku bunga Edelewis adalah salah satu bunga yang unik karena bunganya yang tidak pernah layu, dan berdasarakan keterangan yang banyak dibacanya, bunga tersebut adalah bunga yang dilindungi karena tergolong langka dan beresiko mengalami kepunahan.
”Berdasarkan keterangan yang saya baca, bunga tersebut merupakan bunga yang dilindungi karena kelangkaannya, seperti di Gunung Gede, Cianjur, orang-orang dilarang untuk mengambil Bunga Edelweis dan ketika ada orang yang ketahuan oleh petugas Taman Nasional Gede Pangrango mengambil bunga tersebut, maka mereka akan disuruh naik lagi untuk mengembalikannya,”terang pria asal Pengkala ini Jum’at (22/2/2013) malam di Banda Aceh.
Daerah Gayo mempunyai sejuta kekayaan yang belum kesemuanya kita ketahui, maka sudah sepatutnya kita khususnya para anak muda untuk berada digaris terdepan dalam menjaga kekayaan yang patut kita syukuri, ungkap Faisal.
Lanjutnya, Bunga ini bisa tumbuh mencapai ukuran 3-20 cm (dalam perawatan dan pengembangan bisa mencapai 40 cm). Daun yang muncul nampak seperti wool karena tertutup oleh bulu-bulu yang putih.
Bunga ini juga mekar antara bulan Juli dan September. Uniknya penyebaran bunga ini lebih menyukai daerah berbatu dan berkapur pada ketinggian 2000-2900 m. Bunga ini tidak beracun, dan sudah digunakan sebagai obat tradisional untuk melawan penyakit yang berhubungan dengan perut (pembedahan perut) dan penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.
Bunga ini biasanya tumbuh di lokasi yang tidak terjangkau. Karena warna putihnya, maka Switzerland menjadikannya sebagai simbol kemurnian dan kecantikan, sehingga bangsa Romania menyebutnya sebagai, floarea reginei (Queen’s flower).(Supri Ariu)
sumber : LintasGayo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar