Foto: Antara. |
"Sisa dana ini bisa saja lebih dari USD25 juta, karena laporan keuangannya ini masih disusun secara benar dan belum final," kata Manager MDF Shamima Khan, dalam konferensi pers, di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, hari ini.
Menurutnya dana lebih tersebut nantinya akan dikembalikan lagi kepada lembaga atau negara donor, dengan mekanisme yang ada. 15 lembaga donor itu adalah Uni Eropa, Belanda, Inggris, Bank Dunia, Swedia, Kanada, Norwegia, Denmark, Jerman, Belgia, Finlandia, ADB, Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, dan Irlandia.
Shamima mengatakan beberapa waktu lalu, pihaknya sudah menerima proposal dari Pemprov Aceh dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang meminta sisa dana itu dikembalikan saja ke Aceh. Namun, MDF belum bisa memenuhi permintaan ini, karena sampai hari ini belum ada keputusan dari 15 lembaga donor. "Belum ada keputusan dari donor," ujar Shamima.
Dia melanjutkan pihaknya akan segera membicarakan dengan para lembaga donor terkait permintaan tersebut. Sementara Asisten II Pemerintah Aceh, Said Mustafa mengatakan, pemerintah sangat berharap uang sisa itu bisa dikembalikan ke Aceh, sehingga bisa dipergunakan untuk melanjutkan program-program rekonstruksi dan pemeliharaan proyek-proyek ditinggalkan MDF.
"Mudah-mudan bisa dilepaskan sisa dana itu agar bisa kita manfaatkan secara berkelanjutan," sebut Said.
MDF menjalankan misinya di Aceh dan Nias sejak 2005 sampai 2012. Meski sudah menutup programnya, namun MDF masih menyelesaikan proyek-proyek yang ada sampai Juni 2013. Dalam laporan akhir 2012 yang diluncurkan hari ini menyebutkan, MDF telah membangun hampir 20 ribu rumah, lebih dari 500 kantor pemerintah lokal atau balai desa, hampir 700 sekolah.
Program MDF juga memulihkan dan meningkatkan jaringan transportasi yang vital, termasuk pelabuhan. MDF mengklaim sudah membangun lebih dari 600 kilometer (km) jalan nasional dan provinsi, lebih dari 250 km jalan kabupaten, dan lebih dari 3.000 km jalan desa.
Sumber: waspada online
[jemp]
Posting Komentar