Home

Jumat, 05 April 2013

Jenazah Pengungsi Rohingya Diserahkan ke Kedutaan Myanmar

MEDAN, KOMPAS.com - Pengurusan delapan jenazah korban bentrok antar-imigran asal Myanmar yang terjadi di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan di Jalan Selebes, Belawan, pada Jumat (5/4/2013) dini hari, akan di serahkan ke Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Saat ini proses forensik dan identifikasi masih terus berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi.

"Penanganan kasus saat ini ditangani polisi, namun penanganan jenazah tergantung kepada Kedutaan Besar Myanmar," kata Plh Kepala Rudenim Yusup Umardani, kepada wartawan, di Medan, Jumat (5/4/2013). Dia mengatakan kasus ini sudah dilaporkan pada berbagai pihak terkait, termasuk Kementerian Hukum dan HAM.

Rudenim kini melakukan pencegahan bentrok susulan. Para korban luka-luka akibat penganiayaan dan saksi dalam peristiwa ini sudah dibawa ke Mapolresta Pelabuhan Belawan di Jalan Pelabuhan Raya, Belawan, Medan.

Kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Dugaan sementara bentrok dipicu dendam lama. Kapolresta Pelabuhan Belawan, Medan, AKBP Endro Kiswanto menyatakan, dilihat dari kondisi para korban, umumnya menderita luka akibat pukulan dengan benda tumpul. Barang bukti yang dipergunakan sudah diamankan.

"Hari ini akan dilakukan olah tempat kejadian perkara untuk mendukung penyelidikan," kata Endro kepada wartawan, Jumat (5/4/2013). Para korban tewas dalam kejadian ini seluruhnya adalah laki-laki. Berdasarkan data dari polisi, identitas mereka masing-masing adalah Aye Min (23), Myo Co (20), Aung Thu Win (24), Aung Than (44), Min-min (24), Win Tun (32), Nawe Th (23), dan Sam Iwin (45).

Kedatangan jenazah delapan pengungsi Rohingya ke Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan mendapat perhatian banyak pihak. Ruang jenazah di penuhi banyak pengunjung. Bahkan, Walikota Medan Rahudman Harahap menyempatkan diri melihat kondisi jenazah.

"Berdasarkan laporan Kapolres Medan, jenazah dibawa untuk otopsi. Saya datang hanya untuk melihat kondisi warga negara Myanmar yang tewas," ujar Rahudman. Dia menyayangkan peristiwa ini dan meminta agar pengamanan di Rudenim lebih diperketat.

"Saya sudah merencanakan bulan ini akan melakukan pertemuan tentang penanganan pengungsi di Medan, termasuk masalah dengan UNHCR yang harusnya memberikan perlindungan dan bantuan kepada pengungsi dunia," papar Rahudman. Sedangkan untuk penanganan jenazah, dia mengatakan telah menghubungi imigrasi untuk berkoordinasi tindak lanjut dengan Pemerintah Myanmar.

Kepala Bidang Dokter Kesehatan Polda Sumut Hariyanto mengatakan otopsi atas para korban tak sekadar tindakan forensik. "(Tapi juga) mengidentifikasi agar dapat nama korban," ujar dia.

Hariyanto mengatakan kepolisian mengetahui ada delapan orang tewas dalam bentrok antar-pengungsi tersebut. Namun, ujar dia, belum dapat dipastikan kecocokan nama dan jenazah korban. "Ada nama tapi tidak diketahui siapa pemilik nama tersebut," ujarnya.

Untuk mencocokkan nama dan jenazah, tutur Hariyanto, akan diperiksa semua ciri dari sidik jari, gigi, hingga sampel DNA. "Semua hasil identifikasi ini akan dicocokkan dengan data yang ada di imigrasi," ucapnya.

Delapan orang tewas dalam pertikaian ini merupakan bagian dari 12 orang dalam satu kelompok. Karenanya, empat orang yang selamat didatangkan ke RSUD dr Pirngasi untuk membantu proses identifikasi. "Mumpung mayatnya masih segar sehingga mungkin masih bisa mengenali dari wajah," kata Hariyanto.


Editor :
Palupi Annisa Auliani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar