Setelah massa terkumpul di Masjid Raya Baiturrahman dan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menjelang siang, mereka bergerak ingin menuju Pendopo Gubernur Aceh, hanya 200 meter dari masjid raya. Tapi TNI dan polisi langsung menghadang, berbaris dengan senjata lengkap menutup jalan masuk.
Massa kemudian berteriak meminta blokade dibuka, tapi tidak digubris. Terlihat beberapa orang dari kelompok massa menenangkan agar tidak terjadi aksi anarkis. “Tolong tenang, jangan emosi,” kata seorang warga.
Perwakilan massa kemudian melakukan orasi, salah satunya Muttaqin dari Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh (KNPA) Pidie. “Ini bendera yang kita inginkan dan harus diperjuangkan,” katanya. Dia juga berulangkali mengingatkan massa agar tetap tenang.
Di sisi lain, beberapa perwira TNI dan polisi juga mondar-mandir mengingatkan anak buahnya agar tidak emosi dan terpancing. “Tolong jangan terpancing,” kata seorang perwira mengingatkan prajuritnya.
Menjelang Zuhur, massa terlihat tenang dan beristirahat di sepanjang jalan STA Mahmudsyah, sambil makan siang dan minum. Kendaraan mereka parkir di sepanjang jalan itu dan di sekitar masjid raya. TNI dan polisi masih tetap berjaga-jaga.
Sementara itu, saat berita ini ditulis Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah beserta anggota DPRA sedang mengadakan pertemuan guna mendiskusikan Qanun Bendera dan Lambang Aceh.
ADI WARSIDI
Posting Komentar