MUNGKIN tak ada yang tak mengenal tetang Hutan Leuser khususnya bagi para pecinta alam diseluruh pelosok Dunia ini. Hutan yang juga disebut-sebut menjadi paru-paru dunia ini memang menjadi ekosistem yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup manusia di Bumi.
Bukan hanya bagi Indonesia yang menjadi tempat berdirinya Leuser, namun juga bagi puluhan Negara diberbagai penjuru dunia sangat tergantung terhadap peran ekosistem Leuser. Gunung Leuser merupakan salah satu dari 7 gunung dengan ketinggian diatas 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Ketujuh gunung itu adalah Gunung Leuser, Bipak III, Loser, Kemiri, tanpa nama, Karang Putih, dan Bendahara. Leuser yang memiliki ketinggian 3.119 mbpl ini kerap menjadi objek pendakian bagi pecinta alam diseluruh Dunia.
Dengan suaka tropisnya terkaya di dunia, panorama yang indah, hutan yang masih alami, serta jutaan keunikan lainnya yang mungkin belum tentu dapat dinikmati dari hutan-hutan lainnya yang ada di Indonesia.
Untuk menuju Gunung Leuser, terdapat 3 jalur pendakian ke puncak Leuser, yakni melalui jalur Kedah (Jalur yang direkomendasikan), Agusen, Meukek. Namun jalur Kedah Di Desa Penosan Sepakat, Blangjerango menjadi jalur yang direkomendasikan oleh Balai Besar TNGL. Sebab, jika melalui jalur Agusen memakan waktu yang lama sedangkan jika melalui Meukek, jalannya sangat curam sehingga harus memiliki keahlian dan alat yang khusus.
Untuk mendaki puncak Gunung Leuser, memerlukan waktu tempuh 7 sampai 8 hari berjalan normal atau sekitar 50 Kilometer dari titik nol yakni Desa Kedah, Kecamatan Blangjerango, Kabupaten Gayo Lues yang berada di kaki hutan Leuser.
Berdasarkan perjalan normal pendakian, mulai dari titik nol dari Kedah, pendaki pada hari I akan mencapai Wilayah Simpang Air, selanjutnya pada hari ke II akan sampai ke Angkasan yakni sekitar 10 kilometer dari Kedah. Setelah itu, pada hari ke III akan sampai di Lintasan Badak dan hari ke IV ke Padang Rumput dengan jarak 20 kilometer lebih dari Kedah, hari ke V Kolam Badak dan hari ke VI di Bipak Kaleng dengan jarak 30 kilometer lebih, serta hari ke VII di wilayah Lapangan Bola dengan jarak 40 kilometer lebih serta puncak tertinggi Leuser dengan jarak lebih kurang 50 kilomter lebih.
Panjang jalur pendakian yang di atas rata-rata panjang jalur pendakian gunung di Indonesia merupakan tantangan tersendiri yang memerlukan manajemen perjalanan yang matang dan kondisi fisik yang prima bagi para pendaki. Untuk menyiasati beban logistik, maka dibuatlah paket logistik harian yang hanya dibuka pada hari yang telah ditentukan dengan memperkirakan jumlah personil dalam tim dan target lamanya pendakian.
Selain jarak tempuh yang panjang, kondisi jalur yang masih alami menjadi tantangan bagi para pendaki. Sebab, sebagian besar jalur adalah hutan dengan pepohonan rapat dimana cabang dan akarnya menghalangi jalan setapak sehingga pendaki harus merayap, menunduk, atau memanjat. Lokasi camp di Leuser ada sebanyak 21 titik, dapat dipilih untuk menyesuaikan kondisi fisik pendaki dan kondisi alam selama pendakian.
Dengan kurun waktu dan jarak yang ditempuh serta keadaan jalur menuju puncak Leuser yang masih alami membuat para pendaki harus konsentrasi dan siap dalam melewati tantangan-tantangan yang akan mungkin terjadi. Namun, rasa lelah yang pasti ada rasanya akan terbayar lebih dengan pesona-pesona dan kekayaan-kakayaan alam yang terdapat di Leuser baik Flora maupun Faunanya.(Supri Arius)
Sumber : LintasGayo.com
Posting Komentar