ANTARA/Fanny Octavianus/zn |
Perum Bulog melalui Divisi Regional (Divre) DKI Jakarta-Banten, Senin (16/9), menjual kedelai lokal ke Pusat Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta sebanyak 20 ton setelah menyerap kedelai lokal tersebut dari Aceh.
Ke depan, Kementerian Pertanian akan memberikan informasi panen kedelai kepada Perum Bulog untuk segera menyerapnya.
Berdasarkan kesepakatan dengan Puskopti DKI Jakarta yang dilaksanakan pada Senin (16/9) di Kantor Divre Bulog DKI Jakarta-Banten, Jakarta, harga jual kedelai Bulog Rp 8.100 per kilogram.
Sebelumnya, Bulog menawarkan harga kedelai asal Aceh tersebut sebesar Rp8.450 per kg kepada Puskopti. Kemudian, Puskopti menawar seharga Rp7.700 per kg. "Harus dihitung ongkos angkutnya," ujar Kepala Divisi Regional DKI Jakarta Bulog Achmad Ma'mun pada kesempatan itu.
Ketua Puskopti DKI Jakarta Suharto mengatakan jumlah 20 ton bisa habis dalam waktu setengah hari saja. Di DKI Jakarta saja, kata Suharto, dalam sebulan kebutuhan 5.204 perajin mencapai 10.400 ton.
"Jadi kalau 20 ton memang kurang banyak," ujar Suharto seusai melakukan kesepakatan dengan Bulog.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengungkapkan, kualitas kedelai Aceh paling cocok untuk bahan baku tahu. Pengrajin tahu menyukai kedelai lokal karena kulitnya lebih tipis, lebih harum dan lebih mudah diproduksi daripada kedelai impor. "Rasanya pun lebih legit dan enak," ungkap Aip.
Untuk memproduksi tahu saja, lanjut Aip, pengrajin tahu membutuhkan sekitar 5.000 ton per bulan. Dengan harga Rp8.100 per kilogram untuk 20 ton kedelai Aceh ini, Aip memastikan pihaknya belum dapat menurunkan harga.
"Karena untuk menurunkan harga tahu-tempe dengan harga segitu (Rp8.100 per kg) ya pemerintah harus dapat menyediakan 1,6 juta ton kedelai per tahun," kata Aip. (Bunga Pertiwi Adek Putri)
Sumber: metronews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar