Tips Dan Trik

YAB: Pemerintah Aceh harus Serius Tangani Gizi Buruk

Banda Aceh – Munculnya pemberitaan tentang 42 Balita Gizi Buruk di Aceh Barat Daya (Abdya) telah menambah deretan panjang penderitaan para balita di Aceh. Kasus tersebut bukan satu-satunya yang terjadi di Aceh, tetapi merupakan “secuil” penderitaan yang telah dialami dan dirasakan oleh ratusan balita lainnya di Aceh.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Yayasan Anak Bangsa (YAB) Aceh, Kurdinar, dalam siaran persnya yang diterima AtjehLINK, Kamis (07/03/2013).
Berdasarkan catatan YAB, dalam enam bulan terakhir terdapat beberapa kasus gizi buruk di Aceh. Pada September 2012, seorang bayi bernama Arif Maulana, berusia sembilan bulan dari keluarga miskin asal Desa Tanjung Baru, Kecamatan Darul Hasanah, Aceh Tenggara (Agara), meninggal dunia di RSUD Sahuddin Kutacane akibat gizi buruk.
Di Pidie Jaya, pada Desember 2012, dua balita bernama Hermasyah asal Gampong Dayah Tumanah, Kecamatan Trienggadeng dan Nilawati asal Gampong Paru Keude, Kecamatan Bandar Baru, juga meninggal karena mengalami gizi buruk.
Di Simeulue, sejak Januari hingga November 2012,YAB mencatat  17 kasus balita yang mengalami gizi buruk. Padahal pada tahun sebelumnya (2011), hanya 12 balita yang mengalami gizi buruk. Sedangkan berdasarkan data yang dihimpun UNICEF, tentang kondisi kesehatan anak-anak di Aceh angka gizi buruk kronis (stunting) anak-anak di Aceh meningkat, dari 38,9 persen (2011) menjadi 44 pada tahun 2012. Lebih dari 200 ribu bayi di bawah lima tahun (Balita) menghadapi masalah gizi buruk ini. Sebagian besar penderitanya sudah sampai tahap mengkhawatirkan.
Sejak diluncurkannya program JKA tahun 2010 yang nilainya mencapai ratusan miliar per tahun, ternyata tidak mampu menjangkau para balita untuk diberi pelayanan kesehatan secara maksimal dalam upaya pemenuhan gizi terhadap balita di Aceh, bahkan tingkat penderita gizi buruk balita cenderung meningkat.
“Ini sangat ironis jika dibandingkan dengan melimpahnya dana otonomi khusus (otsus) untuk rakyat Aceh selama ini. Tingginya angka gizi buruk balita, dikhawatirkan Aceh akan kehilangan satu generasi di masa mendatang,” tulis Kurdinar.
Atas kondisi yang meprihatinkan itu, Yayasan Anak Bangsa (YAB) Aceh mendorong Pemerintah Aceh segera  melakukan upaya-upaya diantaranya :
  • Pemerintah Aceh bersama-sama pemerintahan Kabupaten/Kota harus serius dan segera mungkin melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam upaya mengatasi persoalan gizi balita demi menyelamatkan masa depan anak Aceh di masa yang akan datang.  
  • Pemerintah Aceh harus memastikan agar instansi terkait bisa memberikan pelayanan maksimal kepada warga dan mempermudah akses kesehatan dalam memberikan dan menyediakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Permenkes No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
  • Perlu adanya pengawasan dari semua pihak terhadap alokasi anggaran untuk JKA sebesar Rp. 419 miliar pada tahun 2013, agar tidak ada upaya manipulasi anggaran sehingga penggunaannya tepat sasaran.
  • Pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan termasuk penanggulangan kurang gizi, karena masalah gizi sangat erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. (Sp)\
Sumber: AtjehLINK
[jemp]
Share this post :

Posting Komentar

 
Design By: Keude.Net | Support | CSS
Copyright © 2013. www.Aceh.us - menerima kiriman tulisan dan foto melalui email : Acehinfocom@yahoo.com
Pedoman Media Siber
INFO IKLAN