Mesjid Raya Kutaradja Tahun 1881 |
Bangunan indah nan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Masjid Raya Baiturrahman juga pernah digunakan sebagai markas perang bagi rakyat Aceh yang dipimpin langsung oleh Cut Nyak Dhien untuk melawan pasukan Kolonial Belanda pada saat terjadi perang Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman ini pernah terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada bulan Shafar 1290 H/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut tewasnya jendral besar Belanda Mahjor Kohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang atau dalam Bahasa Aceh lebih dikenal dengan nama pohon geulumpang di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Tindakan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid kebanggaan milik Kesultanan Aceh Darussalam inilah yang membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan berteriak dengan lantang tepat didepan Masjid Raya Baiturrahman yang sedang terbakar sambil membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh.
Cut Nyak Dhien berteriak :
"Wahai orang Aceh lihatlah rumah ibadah kita dibakar !! Mereka telah mencoreng nama Allah !! Sampai kapan kita harus begini ?? Sampai kapan kita akan menjadi budak kaphe Belanda??"
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri disekitar Kota Banda Aceh. Dimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.
Saat bencana tsunami meluluh lantakan Tanah Reuncong Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, Masjid Raya Baiturrahman masih tetap berdiri dengan megahnya bagaikan menahan air mata ketegaran melihat hancurnya Nanggroe Aceh Darussalam tercinta. Pada saat itu Masjid Raya Baiturrahman menjadi tempat bagi rakyat Aceh berlindung juga sebagai tempat evakuasi jenazah para korban tsunami Aceh yang bergelimpangan.
Sampai saat ini Masjid Raya Baiturrahman masih berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh. ( Iqbal Muhammad Alfahri )
Posting Komentar