Ilustrasi |
"Maskipun masyarakat kami keterbatasan ekonomi, tapi itu tidak membuat kami putus asa dalam berqurban. Tiap tahun kami berkurban secara bergilir dengan mekanisme penyetoran. Ada penyetoran perhari dengan harga Rp 3.500, perbulan dengan harga Rp 100.000, dan ada juga penyetoran pertahun dengan harga 1.200.000. Dalam satu kelompok kami menerima 7 orang, " jelas panitia qurban, Qariman Yarosuli.
Menurutnya, pola seperti ini sudah dilakukan sejak tiga tahun yang silam di Gampong Peunayan. "Mekanisme ini sangat baik bagi masyarakat yang tergolong ekonomi menengah kebawah yang ingin melakukan qurban. Dalam satu tahun kami bisa berqurban dua ekor sapi dengan 14 orang penyetor. Sesudah dana terkumpul menjelang hari raya, kami mencari sapi yang bagus untuk di qurban," tambah Qariman.
Selain itu, Qariman juga mengimbaukan kepada seluruh masyarakat Aceh agar senantiasi berqurban dengan pola seperti ini. "Tiap menjelang 1 November sampai 15 September kami menerima pendaftaran berqurban untuk masyarakat gampong kami, khusus masyarakat kampung kami. Cara ini patut di adopsi oleh masyarakat banyak," jelasnya meyakinkan.
Hal yang sama dikatakan Geuchik gampoeng Peunayan, Muctar, wacana berqurban dengan dana swadaya masyarakat sudah menjadi budaya bagi masyarakat kami. "Ini patut ditiru oleh masyarakat Aceh yang ingin berqurban. Ketebatasan ekonomi tidak membuat kami tidak berqurban," tutup Muctar.
Sumber: waspada online
Posting Komentar